Grateful confessions with heartwarming illustrations that bring you joy and enlighten you soul. A journal of gratitude towards life, love, and other things around us that we often take for granted.
Namaku Rizki. Usiaku empat belas tahun. Saat ini aku berdiri di depan panti asuhan, membawa dua adik perempuanku. Bukan. Aku bukan anak yatim piatu. Ibuku masih hidup. Tapi, dua menit yang lalu adalah terakhir kali aku bertemu denganibu. hingga kelak aku dewasa, kami tak pernah bertemu lagi. Sementara ayahku tertembak.
ini adalah Hari Bebas Bicara di negara kesatuan adat Lawaknesia (NAKAL). Siapa saja bole berbicara secara gamblang, terang-terangan, tanpa takut akan konsekuensi hukum. Setiap warga negara berhak berbicara: membongkar kejahatan, membeberkan penipuan, maupun mengungkap keburukan. Tujuannya, agar tercapai keadilan untuk seluruh rakyat.
Ping merasa telah memiliki segala yang ia butuhkan. Dunianya yang damai di Pantai Batu Karas, rumahnya yang penuh alat musik di tepi Sungai Cijulang, seorang sahabat terbai, serta kakek yang menyayanginya. Namun, diam-diam Ping menyimpan kegelisahan tentang masa depannya yang buram. Bakat musiknya yang istimewa tidak memiliki wadah, dan ia tidak berani bercita-cita
Jakarta tidak lagi menjadi penjara. Di ibu kota, Ping justru mulai mendapatkan gambaran tentang hidup yang ia inginkan. Ia memiliki sahabat-sahabat baru, impian baru, dan cinta yang baru. namun, tantangan lebih besar turut menyiongsing. Ajang Band Idola Indonesia menuntut Ping bekerja keras, termasuk menciptakan lagu. band rapijali yang menjadi sumber kebahagiaannya ikut menerbitkan beragam kon…
Delapan tahun berlalu. Ping telah berhasil menjadi penyanyi terkenal yang merajai percaturan musik indonesia.Pada puncak kariernya, bayangan kelam mengintai kesuksesan Ping dan menggerogotinya dari dalam. Di titikterendahnya, Ping menemukan secercah kehidupan lama yang ia rindukan, termasuk kawan lamanya, Oding. Namun, segala sesuatunya tidak lagi sama.
-